alamat

<<< DAARUSSHAWAAB DAARUSSHAWAAB >>>
THE SPIRIT OF BANJARANYAR

Sabtu, 09 September 2017

Ringan Menerima Takdir

“Boleh jadi engkau tidak menyukai sesuatu, padahal baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. al-Baqarah [2]: 216)

Saudaraku, saya akan mengulangi sebuah perumpamaan lama. Saya berharap ada yang baru pertama kali mengetahuinya. Misalkan, bagi saudara yang sudah menikah sedang berada di dalam sebuah ruangan gelap. Kemudian, tiba-tiba ada seseorang memukul saudara dengan gulungan koran. Kira-kira apakah saudara akan marah?

Secara manusiawi tentunya akan marah. Tetapi, apakah saudara tetap emosi ketika lampu dinyalakan, dan ternyata yang memukul itu adalah mertua sendiri? Yang sudah merestui saudara menikahi anaknya, ditambah bonus apartemen megah, dua mobil mewah, serta deposito lima milyar. Rasanya kecil kemungkinan saudara akan marah

Maksudnya, terhadap orang yang berbuat baik kita jarang kecewa, walaupun kadang keinginan orang tersebut tidak sesuai dengan harapan kita. Gulungan koran tak ada apa-apanya dibanding tumpukan uang milyaran. Terasa amat ringan dibanding apartemen, mobil, dan terutama restu untuk menikahi putrinya.

Nah, itu kepada sesama makhluk. Kalau terhadap makhluk kita bisa begitu, seharusnya kita bisa lebih mampu menerima setiap takdir dari Allah. Yang telah menciptakan dan memberi rezeki yang tak ternilai hingga saat ini.

“Tak ada satu pun musibah yang menimpa di bumi ini maupun pada dirimu, kecuali sudah tertulis di dalam kitab sebelum Kami mewujudkannya. Dan yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kalian tidak terlalu berduka cita dengan apa yang luput darimu, dan tidak berbangga-bangga diri dengan apa yang Allah berikan padamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membangga-banggakan diri.” (QS. al-Hadîd [57]: 22-23).

Jadi, beratnya cobaan hidup, perih dan getirnya batin ini menghadapi takdir, dikarenakan kita belum yakin bahwa yang menimpakan takdir ini adalah Yang Mahabaik. Yang selama ini selalu berbuat baik. Ketika kita mendapat ujian dan tidak menganggap ujian ini datang dengan izin dan dari Allah, pasti berat.

Orang-orang yang sering kecewa dalam menjalani hidup adalah orang-orang yang sok tahu dan lebih kental pada nafsu. Coba lihat para sahabat Nabi saw. Mereka sudah tidak peduli, apakah hidupnya senang atau susah, dipuji atau dicaci, sehat atau sakit. Karena pada keduanya terdapat kebaikan.

“Boleh jadi engkau tidak menyukai sesuatu, padahal baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. al-Baqarah [2]: 216).

Nah, misalkan pernikahan yang tiba-tiba batal. Maka itu bukan berarti buruk, dan tidak usah kecewa. Kalau memang bukan jodoh, pasti tidak akan berlangsung. Boleh jadi Allah SWT ingin mengganti dengan yang lebih baik. Jalani saja. Jika surat undangan sudah terlanjur disebar, maka tinggal membagikan surat tidak jadi diundang.

Ingin kuliah tidak lulus SMPTN, atau ingin mengabdi di pemerintahan tapi tidak lolos tes CPNS, bukanlah akhir kehidupan. Yang penting niat mengikutinya benar sudah menjadi amal saleh. Siapa tahu Allah punya rencana lain. Begitu juga bagi yang sakit dan telah berobat ke mana-mana tapi belum sembuh. Ikhtiarnya sudah menjadi amal.

“Seharusnya terasa ringan bala yang menimpa kepadamu karena engkau mengetahui bahwa Allah yang menguji kamu. Maka Allah yang menimpakan kepadamu takdir-Nya itu, Dia pula yang telah biasa memberikan kepadamu sebaik-baik apa yang dipilihkan untukmu. Dia-lah yang membiasakan engkau merasakan sebaik-baik pilihan-Nya atau pun pemberiannya.” (al-Hikam 115).

Apa pun yang sudah terjadi itulah namanya takdir. Tinggal bagaimana kita menerima setiap episode kehidupan. Yaitu dengan sabar dan ridha terhadapnya. Suatu takdir akan terasa ringan ketika kita yakin bahwa ia datang atas izin dan dari Allah Yang Mahatahu segala sesuatu, Yang Mahabaik dan yang selama ini pun selalu berbuat baik. Dengan hati yang ridha, mari kita tetap semangat melanjutkan perjalanan ke episode takdir yang lain.

Oleh KH. Abdullah Gymnastiar | Jum'at, 01 September 2017
Sumber: http://www.daaruttauhiid.org/artikel/read/kajian-aa-gym/776/ringan-menerima-takdir.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

JADWAL PEMBELAJARAN PKBM DAARUSSHAWAAB

JADWAL PEMBELAJARAN  KELOMPOK BELAJAR SINDANGRASA, LANGKAPSARI, DAN KARYAMUKTI

Baca Juga: